
Pernah nggak, kamu main game pakai laptop kantor di rumah? Atau nonton serial favorit di Netflix pakai HP kerja waktu akhir pekan? Rasanya sepele, nggak ada yang tahu, dan kelihatannya juga nggak merugikan siapa-siapa.
Tapi coba pikirkan lagi. Fasilitas itu diberikan kantor untuk menunjang pekerjaan, bukan untuk hiburan.
Ketika alat kerja dipakai untuk keperluan pribadi, meski hanya sebentar atau dilakukan di luar jam kerja, tetap saja kita sedang mengaburkan batas antara amanah dan kenyamanan pribadi.
Fraud Triangle: Tiga Alasan Karyawan Bisa ‘Main Belakang’
Dalam dunia etika kerja, ada satu teori klasik yang masih sangat relevan: Fraud Triangle.
Dikutip dari laman Kementerian Keuangan Indonesia, teori ini menjelaskan bahwa seseorang cenderung melakukan kecurangan atau penyalahgunaan fasilitas jika tiga elemen ini muncul secara bersamaan:
1. Tekanan (Pressure)
Misalnya, karyawan sedang mengalami stres, bosan dengan rutinitas kerja, atau merasa terlalu lelah.
Dorongan untuk mencari pelarian bisa membuat mereka merasa “berhak” atas sedikit hiburan dari fasilitas kantor.
2. Kesempatan (Opportunity)
Ketika tidak ada pengawasan langsung, dan fasilitas kantor dibawa pulang atau bisa diakses secara pribadi, maka celah untuk penyalahgunaan semakin terbuka lebar.
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Ini yang paling berbahaya. Pikiran seperti “toh kerjaanku beres,” atau “ini kan cuma sebentar, bukan merugikan juga,” menjadi alasan yang membuat tindakan itu terasa sah di hati sendiri.
Salah Sih, Tapi Realitanya Banyak yang Begini
Di balik rutinitas kantor yang sibuk, sering kali terselip kebiasaan kecil yang tidak disadari sebagai penyalahgunaan.
Seorang karyawan, misalnya, membawa pulang laptop kantor untuk menyelesaikan beberapa laporan. Tapi ketika pekerjaan selesai, laptop itu tetap dipakai untuk bermain game online sepanjang malam.
Lain waktu, ada yang menggunakan HP kantor saat libur untuk streaming film kesukaan. Bukan karena kebutuhan pekerjaan, tapi karena kuota di HP pribadinya sudah habis, sementara kuota kantor masih melimpah.
Ada juga cerita soal printer kantor yang diam-diam digunakan untuk mencetak undangan pernikahan atau tugas anak. Ini, agak keterlaluan sih.
Efek Domino yang Tak Terlihat Langsung
Sekilas, dampaknya memang tidak besar. Tidak ada uang perusahaan yang hilang, tidak ada data yang bocor.
Tapi jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa menurunkan standar integritas di tempat kerja. Yang tadinya merasa tidak enak, lama-lama merasa biasa saja. Yang awalnya malu, kini mulai berani terbuka.
Bahkan lebih dari itu, kebiasaan ini bisa menular. Melihat orang lain menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi tanpa teguran, akan membuat orang lain merasa bahwa tindakan serupa juga bisa dimaklumi.
Jika lingkungan kerja tidak menjunjung amanah dalam hal kecil, akan sulit berharap kejujuran dalam hal besar.
Islam dan Etika Fasilitas Kerja: Kecil Tapi Berat
Dalam Islam, setiap fasilitas yang dititipkan adalah amanah. Sekecil apa pun, itu bukan hak pribadi dan penggunaannya harus sesuai niat awalnya: membantu pekerjaan.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119)
Ayat ini berlaku bukan hanya untuk para pemimpin atau pedagang. Tapi juga bagi siapa pun yang sedang bekerja dan diberi kepercayaan—termasuk kamu yang memegang HP kantor atau laptop kerja.
Nabi Daud ‘Alaihissalam memberikan teladan tentang arti penting dari kerja yang jujur. Dalam hadis disebutkan:
كَانَ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامْ لاَ يَأْكُلُ الُّا مِنْ عَمَلِ يَدِيْهِ
“Nabi Daud AS tidak pernah makan kecuali dari hasil kerja tangannya sendiri.”
(HR. Bukhori)
Pesan dari beliau sangat jelas: jangan menggantungkan hidup pada kemudahan yang bukan hasil kerja sendiri, apalagi yang bukan hak kita.
Kita semua pernah tergoda untuk melakukan hal-hal kecil yang tak sesuai aturan. Tapi yang membedakan seseorang yang amanah adalah kemampuannya menahan diri, bahkan saat tidak ada yang mengawasi.
Karena sejatinya, integritas sejati muncul bukan ketika ada yang melihat, tapi ketika kita tetap jujur walau sendirian.
Jika kamu merasa artikel ini menyentil, itu tandanya kamu masih punya ruang untuk memperbaiki diri. Dan kalau kamu merasa ini bermanfaat, bagikanlah ke rekan kerja, tim HRD, atau pimpinan di kantormu.
(***)