Karyawan Senior Andalan Langgar Amanah, Muncul Dilema Pertahankan atau Istirahatkan

Memutus hubungan kerja bukan keputusan ringan, apalagi jika yang bersangkutan adalah karyawan senior, yang selama ini dikenal cemerlang, loyal, bahkan jadi panutan.

Tapi bagaimana jika di balik semua pencapaian itu, ternyata ada pelanggaran berat seperti membocorkan data keuangan perusahaan?

Ini bukan tentang tidak punya hati. Justru karena ada rasa tanggung jawab terhadap keamanan dan masa depan perusahaan, maka keputusan tegas perlu diambil.

Amanah bukan sekadar menyelesaikan tugas tepat waktu. Ia menyangkut sesuatu yang lebih dalam: kepercayaan, bahkan ketika tak ada yang melihat.

Prestasi Tidak Bisa Menutupi Pelanggaran

Karyawan yang sudah lama bekerja biasanya memiliki akses ke data sensitif dan pada poin ini , Amanah diuji.

Prestasi sehebat apa pun tidak bisa menjadi alasan pembenar atas tindakan melanggar. Jika semua dimaafkan hanya karena jasa masa lalu, lalu apa artinya integritas dalam sistem kerja?

Islam telah memperingatkan tentang pentingnya menjaga Amanah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rosul, dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

Membocorkan data, mencuri informasi internal, atau menyalahgunakan akses termasuk bentuk pengkhianatan terhadap amanah.

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللَّهِ

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, maka potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan atas perbuatan yang mereka lakukan, sebagai siksaan dari Allah.” (QS. Al-Ma’idah: 38)

Ayat ini menegaskan bahwa pencurian dalam bentuk apa pun tidak bisa dianggap enteng. Maka wajar jika perusahaan juga mengambil langkah tegas saat data dicuri atau dibocorkan.

Kepercayaan: Nyawa Relasi Profesional

Rasulullah ﷺ bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara berdusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila diberi amanah berkhianat.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Bahkan seiman dan sehebat apa pun seseorang, jika tak bisa dipercaya, maka runtuh sudah fondasi keimanannya.

Maka bukan soal masa kerja panjang atau riwayat kinerja gemilang—tapi soal prinsip yang tak bisa dikompromi.

Tindakan Tegas Bukan Balas Dendam, Tapi Bentuk Kepedulian

Dalam dunia kerja yang sehat, teguran dan sanksi bukan bentuk kekerasan. Justru karena ingin menjaga ekosistem profesional yang adil, maka pelanggaran berat harus ditindak.

Berikut ini adalah solusi yang bisa diambil oleh atasan jika berhadapan dengan permasalahan pelik seperti ini:

1. Tegakkan aturan perusahaan

Jangan beri pengecualian hanya karena masa kerja. Jika terbukti bersalah, pemutusan hubungan kerja adalah langkah wajar dan sah.

2. Berikan nasihat dan peringatan secara baik

Tindakan tegas bisa disampaikan dengan cara yang manusiawi. Beri ruang untuk pelaku bertaubat dan belajar.

3. Perkuat sistem keamanan data

Evaluasi akses data internal. Jangan sampai kejadian serupa terulang.

4. Jadikan pelajaran untuk semua pihak

HR, manajemen, dan semua karyawan perlu menyadari bahwa amanah bukan urusan kecil. Ini soal kepercayaan dan tanggung jawab moral.

5. Evaluasi sistem gaji dan keadilan internal

Kadang pelanggaran terjadi karena ada ketimpangan. Gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja bisa menimbulkan rasa tidak adil yang menjadi celah untuk pembalasan diam-diam.

Memutus hubungan kerja dengan karyawan bukan akhir dari hubungan baik, tapi bentuk tanggung jawab demi melindungi yang lebih besar.

Karena jabatan tinggi, masa kerja panjang, dan pencapaian luar biasa tidak bisa jadi alasan untuk menyepelekan etika.

Dalam Islam, jabatan dan kepercayaan adalah amanah. Dan amanah yang dikhianati, tidak bisa dibiarkan diam. Karena jika dibiarkan, bukan hanya satu orang yang tergelincir, tapi budaya organisasi yang ikut runtuh pelan-pelan.

(***)