Di banyak kantor, disiplin waktu kadang jadi hal sepele yang dianggap bisa dimaklumi, apalagi kalau yang telat itu atasannya sendiri.
Awalnya cuma satu dua kali. Supervisor datang lima, sepuluh menit lebih lambat dari jam masuk. Nggak ditegur, nggak ada sanksi.
Lalu pelan-pelan, staf yang tadinya selalu on-time mulai mikir, “Kalau atasan aja santai, kenapa aku harus repot-repot datang pagi?”
Disiplin Itu Etika, Bukan Formalitas
Pemimpin bukan cuma pembagi tugas. Ia juga panutan. Tanpa banyak bicara, sikap seorang atasan jadi rujukan diam-diam bagi timnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُون
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS. Ash-Shoff: 2–3)
Kalau atasan sering ingetin soal disiplin, tapi dirinya sendiri sering datang telat, tim bisa jadi kebingungan. Ujung-ujungnya, semangat disiplin berubah jadi skeptis.
Datang tepat waktu bukan cuma urusan absen. Tapi soal menghargai orang lain, menghormati kesepakatan, dan menunjukkan bahwa waktu itu bernilai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Supervisor yang telat bukan cuma bikin agenda kacau, tapi juga ikut menciptakan standar baru yang lebih longgar—tanpa perlu mengucapkan apa-apa.
Seorang Salaf bernama Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata:
“Jika pemimpin rusak, maka rusaklah rakyatnya. Jika pemimpin lurus, maka luruslah rakyatnya.”
Ini berarti, perubahan budaya kerja itu sering dimulai dari meja pemimpin, bukan dari ruangan training.
Social Learning Theory: Teori yang Terbukti di Kantor
Dalam teori Social Learning Theory, menjelaskan bahwa manusia belajar dari observasi. Melihat, meniru, dan menyesuaikan.
Jadi, ketika seorang atasan rutin datang telat, ia tanpa sadar sedang “mengajari” timnya untuk melakukan hal yang sama.
Bukan karena tim tidak patuh, tapi karena manusia itu makhluk adaptif. Kalau lingkungan berubah, maka perilaku akan ikut menyesuaikan.
Teori Albert Bandura dipublikasikan di tahun 1963, sedangkan 1.336 tahun sebelumnya, di tahun 627, sudah turun ayat dalam QS. Al-Ahzab:21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik (uswah hasanah) bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab:21)
Artinya sudah sejak 1.366 tahun yang lalu Nabi Muhammad ditugaskan untuk menjadi contoh, dan Nabi Muhammad leading by example, karena memang manusia belajarnya dengan cara melihat, meniru, dan menyesuaikan.
Solusi Bijak untuk Disiplin yang Konsisten
1. Jadi teladan dulu, baru menuntut: Pemimpin harus menunjukkan apa yang ia ingin timnya lakukan. Datang lebih awal, bukan cuma datang tepat waktu.
2. Pasang alarm dan tidur lebih awal: Kedengarannya klise, tapi ini kunci dasar disiplin yang sering disepelekan.
3. Baca doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ :
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan sifat pengecut.” (HR. Bukhori)
4. Buat komitmen disiplin bareng tim: Bukan sekadar aturan, tapi kesepakatan yang saling dijaga.
5. Berikan penghargaan: Bangun sistem reward kecil—hadiah sederhana untuk yang disiplin secara konsisten.
6. Lakukan training kepemimpinan Islami: Agar pemimpin tahu bahwa leadership bukan cuma soal target, tapi juga teladan akhlak.
7. Rotasi jabatan kalau diperlukan: Kalau tidak bisa memperbaiki diri dan mengganggu budaya kerja, opsi pergeseran posisi bisa jadi pilihan yang tegas namun solutif.
Selain itu, penting untuk karyawan ketahui setidaknya ada dua jenis atasan versi Dakwah Korporat, yaitu:
1. Atasan yang sama-sama digaji, ini berarti atasan tersebut tidak berhak untuk terlambat sama seperti karyawan lainnya.
2. Atasan sebagai pemilik perusahaan, maka ia diizinkan untuk bebas masuk kapan saja.
Budaya Kerja Itu Tidak Dibentuk dengan Spanduk, Tapi Contoh
Karyawan mungkin lupa isi training atau briefing pagi. Tapi mereka nggak akan lupa gaya kerja pemimpinnya—karena itu yang mereka lihat setiap hari.
Kalau ingin budaya kerja yang tertib dan disiplin, mulailah dari hal yang kecil… dan dari orang yang punya pengaruh paling besar.
Bukan dari yang paling cerewet soal aturan, tapi dari yang diam-diam datang paling pagi.
(***)