Cara Meraih Work Life Balance, Kestabilan yang Membawa Kedamaian di Kantor

Awalnya cuma satu laporan. Lalu mulai kebiasaan buka email sebelum tidur. Lama-lama, kamar tidur terasa kayak ruang kerja darurat.

Rumah jadi kantor cabang, dan kepala terus penuh sama urusan kantor, bahkan saat harusnya istirahat.

Kebiasaan ini seringkali dianggap bentuk dedikasi. Tapi seiring waktu, muncul rasa lelah yang gak cuma fisik, tapi juga mental.

Ketika Batas Antara Rumah dan Kantor Semakin Kabur

Tidak semua orang sadar bahwa terus bawa kerjaan pulang bisa berujung pada burnout. Ada yang merasa makin rajin, tapi ternyata malah kehabisan energi.

Ada pula yang merasa istirahat jadi barang mewah, padahal tubuh dan pikiran sudah minta tolong.

Work Life Balance bukan berarti anti kerja keras, tapi soal tahu kapan harus berhenti sebentar untuk bisa lanjut lagi dengan sehat.

Kenapa Otak Terasa Penuh Terus?

Menurut teori modern Boundary Theory, manusia butuh batas tegas antara peran profesional dan kehidupan pribadi.

Saat batas ini kabur, terjadi yang disebut work-to-home spillover—yaitu ketika tekanan kerja merembes ke ranah pribadi.

Dampaknya bisa dirasakan perlahan, mulai dari tidur gak nyenyak, karena kepala masih muter mikirin revisi; waktu dengan keluarga atau diri sendiri jadi gak utuh, emosi gak stabil, gampang lelah, dan kehilangan motivasi.

Meskipun teori Boundary Theory sudah ditemukan tahun 1980,  Islam sudah jauh di depan dalam membicarakan pentingnya menjaga keseimbangan ini. Allah ﷻ berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’rof: 31)

Maknanya, segala sesuatu yang berlebihan, termasuk dalam bekerja, bisa merusak diri sendiri dan hubungan dengan orang sekitar.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ


“Sesungguhnya Robbmu memiliki hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu. Maka berilah setiap pemilik hak haknya.” (HR. Bukhori)

Keseimbangan antara ibadah, pekerjaan, dan keluarga bukan pilihan, tapi kewajiban yang harus dijaga secara adil.

Tips Mencapai Work Life Balance

Work-life balance nggak muncul tiba-tiba. Tapi bisa dibentuk lewat kebiasaan kecil yang bisa kamu mulai:

– Tetapkan jam ‘off’ pribadi. Mulai dari hal simpel: “Jam 8 malam, urusan kantor ditutup dulu.”

– Latihan mental closing. Tutup hari kerja dengan merapikan to-do list besok, biar pikiran nggak terus muter.

– Kurangi notifikasi kerja di luar jam kantor. Mode fokus itu bukan malas, tapi bentuk self-respect.

– Buat transisi dari kerja ke rumah. Ganti baju, mandi, atau dengarkan murottal bisa jadi sinyal buat tubuh kalau waktunya istirahat.

– Jika kerja dari rumah, pisahkan ruang kerja dan pribadi.

Mungkin hari ini belum berhasil istirahat, tapi bukan berarti gagal selamanya. Karena untuk jadi karyawan yang bisa diandalkan, sering kali yang dibutuhkan bukan jam kerja ekstra—tapi waktu pulih yang cukup.

(***)