Tidak Marah saat Ide Ditolak? Ini Tanda EQ Tinggi dan Punya Kematangan Emosi

Pernah nggak sih, kamu udah siap tempur di rapat, presentasiin ide yang kamu racik semalaman, eh. ternyata ide teman sebelah yang dipilih? Lebih simpel, lebih praktis, dan yah, lebih cocok aja buat tim.

Perasaannya gak perlu ditanya lagi, jelas nano-nano banget. Tapi bukannya ngambek, kamu tetap bantu eksekusi, bahkan kasih masukan biar idenya makin cakep.

Kalau kamu pernah ngalamin ini dan tetap senyum? Selamat, kamu sudah naik level sebagai pekerja berkelas.(mahkotamu masih stuck di DC Cakung, King).

Tepat Chill dan Legowo

Di dunia kerja, kamu bukan dinilai dari berapa kali ide kamu dipakai. Tapi dari bagaimana kamu tetap waras, tetap support, dan tetap nggak drama walau idemu kalah suara.

Terkadang yang paling bikin kantor nyaman tuh bukan kursi empuk atau AC dingin, tapi tim yang nggak gampang baper kalau idenya enggak dipilih.

Nabi ﷺ bersabda:

لاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

“Janganlah kalian saling membenci, saling hasad, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhori dan Muslim)

Perbedaan pendapat dalam kerja itu biasa. Tapi kalau udah bawa baper, silent treatment, atau nyindir di grup, itu bukan perbedaan ide—itu bibit konflik.

Musyawarah, Bukan Adu Gengsi

Setiap tim pasti punya momen musyawarah. Ada yang ide-nya didengar, ada yang disimpan dulu. Semua itu bagian dari dinamika sehat.

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ

“Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka…” (QS. Asy-Syura: 38)

Kalau hasil musyawarah nggak sesuai ekspektasi, bukan berarti ditolak secara pribadi. Bisa jadi, pertimbangannya murni karena kebutuhan tim saat itu.

Umar bin Khattab Rodhiyallahu ‘Anhu pernah bilang:

Seseorang tidak mencapai puncak akal hingga ia memiliki tiga sifat: tepat dalam pendapat ketika menang, menerima (pendapat orang lain) ketika dikalahkan, dan kembali kepada kebenaran jika telah jelas baginya.” (Shifatush Shofwah)

Dan Hasan Al-Bashri juga ngingetin:

“Tidaklah seseorang merasa cukup dengan pendapatnya sendiri kecuali akan binasa.” (Adab Al-Ikhtilaf)

Menahan Ego = Menjaga Ukhuwah

Menurut Daniel Goleman, karyawan dengan Emotional Intelligence tinggi tahu kapan maju, kapan mundur, dan nggak baperan.

Jadi bukan soal ide-nya ditolak, tapi belajar nyesuaiin diri buat next chance.

Jauh sebelum Daniel Goleman, Nabi ﷺ juga bersabda:

مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ

“Siapa meninggalkan debat (perdebatan) padahal ia benar, Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di tengah Surga.” (HSR. At-Tirmidzi)

Ini bukan tentang kalah, tapi tentang menangin yang lebih penting: persatuan tim, kerja sama, dan niat baik.

Solusi Kalau Ide Ditolak Tapi Hati Ingin Tetap Adem

  1. Musyawarah dengan adab: Dengarkan pendapat lain, jangan saling memaksakan.
  2. Utamakan maslahat, bukan ego. Lihat mana yang paling bermanfaat buat tim, bukan paling keren buat desain.
  3. Kalau buntu, serahkan ke pemimpin, biar keputusan diambil dengan adil, dan diterima semua pihak.

Kalau bisa bantu walau ide nggak kepilih, berarti bukan cuma profesional, tapi juga dewasa dan layak jadi teladan.

(***)