Karyawan Mandek Berinovasi? Ini Saatnya Atasan Berikan Ruang untuk Upgrade Skill

Dunia kerja terus bergerak cepat. Teknologi terus berubah, sistem baru bermunculan, dan tantangan bisnis makin kompleks dari hari ke hari.

Namun, tidak semua anggota tim langsung ikut bergerak. Beberapa masih nyaman di titik yang sama, meski keadaan di luar sudah berubah drastis.

Ini bukan soal kemampuan, tapi sering kali tentang ketidaktertarikan karena terjebak di zona nyaman.

Padahal, ketika satu orang berhenti berkembang, dampaknya bisa terasa ke seluruh unit kerja. Beban kerja jadi berat sebelah, ide-ide baru seret, dan alur kerja jadi kurang dinamis.

Padahal dunia kerja membutuhkan pribadi yang lincah, mau belajar, dan punya semangat bertumbuh.

Sayangnya, sebagian karyawan masih menunggu alasan untuk mulai upgrade kemampuan diri.

Belajar Itu Bukan Beban Tapi Nafas Panjang Masa Depan

Data dari Bappenas 2018 menyebutkan lebih dari 85% pekerja Indonesia masih berada di level keahlian menengah dan rendah.

Artinya, ada ruang besar untuk berkembang—asal diberi kesempatan dan dorongan yang tepat.

Belajar bukan hanya tentang sertifikat. Ia seperti bernafas—terus berlangsung, memberi arah, dan memperkuat ketahanan menghadapi tantangan kerja.

Allah ﷻ berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Bekerjalah kamu! Maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu.’” (QS. At-Taubah: 105)

Ayat ini bukan sekadar seruan untuk kerja keras, tapi juga ajakan untuk bertanggung jawab dan terus memperbaiki kualitas kerja.

Menolak mengembangkan kemampuan bisa termasuk dalam bentuk pengabaian tanggung jawab profesional.

Ketika Ilmu Jadi Bagian dari Ibadah

Rasulullah ﷺ bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Ilmu yang dimaksud mencakup ilmu dunia seperti teknologi, manajemen, komunikasi—semua yang menunjang pekerjaan halal dan bermanfaat.

Belajar jadi bagian dari ibadah, apalagi jika tujuannya untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi tim dan perusahaan.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang dari kamu bekerja, ia melakukannya dengan itqon (tekun dan sempurna).” (HR. Al-Baihaqi)

Namun, profesionalisme (itqon) tidak mungkin tercapai tanpa proses belajar. Tidak mungkin menjadi ahli kalau enggan membuka diri terhadap perubahan dan peningkatan kapasitas.

Seni Menyemai Bakat Karyawan

Jika ada anggota tim yang belum bergerak, mungkin bukan karena enggan. Bisa jadi karena belum pernah diajak, belum disediakan sarana, atau belum diberikan contoh.

Ini dia beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan:

– Bangun diskusi terbuka, bukan hanya evaluasi

– Sediakan akses ke pelatihan atau webinar

– Kembangkan ruang belajar internal, dari tim untuk tim

– Hargai proses belajar, tidak melulu hasil

– Dorong budaya belajar sebagai bagian dari ibadah kerja

Tidak semua orang langsung percaya diri untuk belajar hal baru tapi dengan kepemimpinan yang memberi arah dan ruang gerak, perubahan bukan hanya mungkin—tapi akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.

(***)