Pernah nggak sih, kamu diminta kerja cepat dan hasil harus sempurna padahal laptop nge-lag, internet kantor lemot, dan software nggak pernah di-update? (bahkan bajakan, wadaw!)
Kamu tahu kamu mampu tapi kenyataan di lapangan: kamu harus kerja dua kali lebih keras hanya untuk mencapai standar minimum. Bukan karena malas, tapi karena memang belum ada alat yang memadai.
Semua dilakukan demi profesionalisme dan memudahkan mereka dalam bekerja tapi lama-lama, bisa jadi burnout berjamaah.
Di sisi lain, manajemen mungkin mengira semuanya baik-baik saja karena para karyawan tetap menyelesaikan tugas dan belum menerima laporan keluhan apapun, padahal proses di baliknya yang menantang banget.
Minim Tools Bikin Drop Kinerja Karyawan
Dalam teori Two-Factor Motivation dari Herzberg, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Motivator (faktor internal) – seperti pencapaian, pengakuan, dan peluang berkembang. Ini adalah hal-hal yang jika ditingkatkan akan meningkatkan kepuasan kerja secara langsung.
2. Hygiene Factor (faktor pendukung) – seperti kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja, keamanan kerja, dan salah satunya adalah fasilitas kerja yang layak.
Ini berarti, fasilitas kerja bukan bonus, tapi kebutuhan dasar.
Kalau nggak ada fasilitas dasar yang memadai? Motivasi bisa pelan-pelan akan surut. Produktivitas pun jalan di tempat dan loyalitas? cuma berakhir menjadi yel-yel di kantor setiap hari saja.
Islam Bicara Adil dan Proporsional dalam Tanggung Jawab
Islam tidak hanya menekankan pentingnya kerja keras, tapi juga sistem kerja yang adil.
Bukan hanya gaji, tapi juga tentang menghargai jerih payah, termasuk dengan menyediakan alat dan fasilitas agar kerja bisa dilakukan dengan layak.
Dalam QS. Al-Qoshosh: 26 disebutkan:
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Sesungguhnya orang yang paling baik kamu pekerjakan adalah yang kuat (profesional) lagi amanah (terpercaya).” (QS. Al-Qoshosh: 26)
Itu berarti, profesionalisme perlu didukung dengan alat yang layak. Tidak adil jika karyawan dituntut menjadi unggul, tapi alat tempurnya masih serba darurat.
Kalau Ingin Hasil Besar, Sediakan Alat yang Setara
Nabi ﷺ juga mengingatkan dalam Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim:
إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمْ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
“Pekerjamu adalah saudaramu. Allah menempatkan mereka di bawah kuasamu. Siapa yang memiliki saudara (pekerja) di bawahnya, maka berilah ia makan seperti yang kamu makan, pakaian seperti yang kamu pakai, dan jangan membebani mereka di luar kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)
Perintah ini menekankan pentingnya dukungan. Dalam konteks hari ini: bukan hanya minta target, tapi juga bantu capai target itu. Termasuk dengan pelatihan, tools kerja, dan sistem yang efisien.
Jika perusahaan ingin hasil maksimal, maka fasilitas dan sarana pun harus disediakan secara proporsional. Bukan soal mewah, tapi cukup untuk mendukung kerja yang manusiawi dan berkualitas.
Jadi, Harus Gimana?
– Komunikasikan dengan konkret: bukan langsung nembak kamu butuh apa tapi tunjukkan bagaimana alat sekarang menghambat pekerjaan.
– Ajukan usulan, bukan ultimatum: beri alternatif realistis, misalnya software open source yang bisa bantu kerja lebih cepat.
– Tawarkan solusi, bukan keluhan kosong: kamu juga bisa memberikan rekomendasi alat atau software yang bisa mempermudah pekerjaanmu secara jelas.
Kamu bukan tukang protes. Kamu sedang berusaha membangun sistem kerja yang sehat.
Kalau kamu merasa artikel ini relate banget sama keseharian di kantor, silakan share ke rekan kerja, tim, bahkan manajer. Semoga membantu!
(***)