Burnout di Kantor: Ketika Masalah Keluarga dan Pekerjaan Nimbrung Jadi Satu

Pernah nggak, tubuh sudah duduk di meja kerja tapi pikiran masih tertahan di rumah? Entah itu soal keluarga yang lagi sakit, tagihan yang menumpuk, atau pertengkaran kecil yang belum selesai.

Hasilnya? Fokus kerja buyar, laporan jadi ambyar, dan kepala malah makin penuh dengan banyak hal. 

Dalam situasi seperti ini, teguran dari atasan kadang justru bikin makin drop. Padahal yang dibutuhkan bukan omelan, tapi waktu dan ruang untuk kembali stabil.

Otak Juga Punya Batas Kapasitas

Dalam teori Cognitive Load, otak manusia memiliki kapasitas terbatas dalam memproses informasi.

Saat pikiran dipenuhi oleh stres atau kekhawatiran dari rumah, kapasitas otak untuk fokus kerja jadi menipis. Akibatnya, konsentrasi buyar, kerjaan berantakan, dan emosi pun ikut terganggu.

Kita butuh jeda untuk melepaskan beban yang tidak terlihat itu. Kalimat sederhana seperti, “Urusan nanti dipikir nanti ajalah,” bisa jadi kunci untuk mengatur ulang prioritas dan menjaga kewarasan.

Jauh dari teori Cognitive Load, di dalam Islam juga telah mengajarkan cara untuk membagi konsentrasi dengan baik pada tanggung jawab yang telah diberikan.

Menunaikan Amanah dengan Adil

Islam sangat mendorong keseimbangan dalam menunaikan amanah. Bukan hanya amanah pekerjaan di kantor, tapi juga tanggung jawab terhadap keluarga dan diri sendiri. Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)

Dan dalam ayat lain:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri Akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia…” (QS. Al-Qoshosh: 77)

Keseimbangan ini juga diajarkan Rasulullah ﷺ:

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ

“Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu, maka berikanlah setiap yang berhak akan haknya.” (HR. Bukhori)

Umar bin Khattab Rodhiyallahu ‘Anhu juga mencontohkan hal ini saat memimpin. Ia menegur pegawainya yang terlalu sibuk bekerja sampai mengabaikan keluarga, dan menyuruh mereka bergiliran agar semua aspek kehidupan terurus.

Menjadi Profesional Tanpa Mengorbankan Hati

Dalam dunia kerja, profesionalisme penting. Tapi bukan berarti harus mengorbankan semua urusan pribadi. Islam tidak menolerir kelalaian atas satu amanah hanya karena sibuk menjalankan yang lain.

Cara Menyeimbangkan Urusan Rumah dan Kantor

1. Utamakan amanah dan keadilan :Kerja di kantor punya waktu khusus, begitu juga urusan rumah. Penuhi sesuai waktunya.

2. Kelola waktu dan komunikasi: Jika ada kondisi darurat di rumah, sampaikan baik-baik ke atasan. Jika bisa ditunda, atur ulang agar tidak saling bentrok.

3. Lihat mana yang lebih darurat: Jika dua amanah bertabrakan, prioritaskan yang paling mendesak dan tetap komunikatif.

Karena di akhir hari, kita semua adalah pemimpin atas diri sendiri. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.

Fokus memang bisa dibangun kembali. Tapi itu butuh ruang, bukan sekadar teguran. Kadang, kerja yang berkualitas datang dari pikiran yang jernih dan hati yang diberi jeda.

(***)